Minggu, 09 Oktober 2011

Komunikasi Konseling (Penelitian Kasus)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Masa remaja adalah masa yang penuh problematika, atau sering disebut problematika remaja. Menjelang masa remaja akhir seseorang sudah mulai mempunyai pegangan walau terkadang masih goyah. Masalah yang dihadapi remaja bermacam-macam, masalah dengan orang tua, masalah dengan teman, masalah dengan lingkungan, dan lain-lain. Seorang remaja memiliki emosi yang labil dan menggebu-gebu. Mereka selalu memiliki hasrat ingin mencoba atau melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan. Tetapi ketika akan melakukan suatu perbuatan, remaja tidak pernah berfikir secara matang. Tidak peduli baik atau buruk, yang penting mereka telah melakukannya tanpa memikirkan akibatnya. Biasanya remaja melakukan hal yang banyak dilakukan oleh teman-temannya karena ingin dikatakan “gaul”.
            Pada remaja seringkali terjadi gangguan emosi dan gangguan perilaku diakibatkan banyaknya tekanan-tekanan yang dialami remaja. Dengan adanya tekanan-tekanan ini muncullah masalah bagi mereka dan merasa mulai tidak nyaman. Seringkali seorang remaja ketika mempunyai masalah mencoba untuk menghindar. Mereka akan melakukan apapun yang dianggap menyenangkan untuk menghindari masalah tersebut. Yang berbahaya adalah ketika remaja menghindari sebuah masalah dengan melakukan hal yang negatif. Seperti merokok, perkelahian, narkoba, pergaulan bebas, dan perilaku menyimpang lainnya.
            Segala perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh orang tua, guru, teman sebaya, ataupun lingkungan. Bagi remaja biasanya yang paling mempengaruhi adalah teman sebaya mereka. Para remaja biasanya lebih mendengarkan teman-temannya daripada orang tua atau gurunya. Terhadap orang tua atau guru mereka seringkali membangkang dan bersikap acuh, tetapi terhadap temannya mereka akan mengikuti apapun yang temannya lakukan yang dianggap menyenangkan dan memuaskan hati meskipun dilarang oleh orang tua mereka.
Berhubungan dengan hal diatas, saya tertarik untuk meneliti seorang gadis remaja yang mengalami problematika remaja seperti yang telah disebutkan di atas. Mengenai objek dan masalah yang yang saya teliti akan dijelaskan selanjutnya.

1.2 Objek Penelitian
            Gadis remaja yang saya teliti bernama Novita (samaran) adalah seorang gadis remaja berusia 18 tahun, ia seorang siswa SMA Islam. Ia adalah anak ke-dua dari tiga bersaudara. Ayah dan Ibunya masih ada. Ayahnya bekerja di negeri Arab sebagai pegawai di pabrik mesin. Sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga sambil membuka warung di rumahnya. Novita memiliki satu orang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki. Novita tinggal di sebuah rumah sederhana di sebuah kampung di di sebuah kota di Jawa Barat. Ia tinggal bersama Ibu dan adiknya. Sedangkan kakanya sudah menikah dan tinggal dengan suaminya. Jarak rumah dengan sekolah Novita cukup jauh, sehingga ia sering pulang larut sore bahkan sampai malam hari. Oleh karena itu ia sering dimarahi oleh orang tuanya karena sikapnya itu. Novita seperti remaja lainnya memiliki berbagai masalah dalam hidupnya. Terutama mengenai pergaulan dan hubungan dengan orang tuanya.

1.3 Masalah
            Beberapa pekan yang lalu Novita bercerita mengenai masalahnya kepada saya. Kasus yang diceritakan oleh Novita adalah masalah pergaulan dengan teman laki-lakinya. Sebenarnya ia adalah seorang gadis yang baik, hanya saja ia bergaul dengan orang-orang yang tidak dapat memberikan pengaruh positif baginya. Di sekolah ia berteman dengan orang-orang yang baik dan cukup agamis. Tetapi intensitas pergaulan dengan teman luar sekolah lebih sering di banding teman sekolahnya. Seringkali setiap pulang sekolah ia tidak langsung pulang ke rumah, tetapi pergi bermain dengan teman-temannya atau pacarnya. Terkadang ia pulang ke rumah sampai larut malam, bahkan pernah sampai tidak pulang ke rumah, biasanya ia menginap di rumah teman atau pacarnya.
Pernah suatu hari ia menginap di rumah pacarnya, pacarnya ini tinggal dengan kakaknya dan sering ditinggal sendiri di rumahnya. Saat itu hanya ada mereka berdua dirumah tersebut, kakak dari pacarnya itu sedang tidak ada di rumah. Ia terpaksa menginap karena ia pulang larut malam dan ia tidak berani untuk pulang ke rumah karena takut dimarahi oleh orang tuanya, maka ia putuskan untuk menginap di rumah pacarnya. Hari itu adalah pertama kali ia menginap dirumah pacarnya, ia mengakui sebenarnya ia merasa takut untuk menginap di rumah pacarnya tetapi disisi lain ia juga takut jika pulang ke rumah. Maka dia terpaksa berbohong kalau dia menginap di rumah temannya, karena temannya sendiri di rumah sedang ditinggalkan ke luar kota oleh orang tuanya, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Karena malam itu hanya ada mereka berdua, dan kebetulan turun hujan. Mereka berada di dalam satu kamar, awalnya mereka sekedar mengobrol. Tetapi lama-lama entah karena apa terjadilah sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Novita mengakui apa yang dilakukannya adalah hal yang sangat salah. Ia pun menyadari bahwa hal itu adalah hal yang sangat dilarang oleh agama, tapi entah karena apa dia dapat melakukan perbuatan itu, Novita pun merasa bingung.
Kemudian ia juga menjelaskan mengenai sikap orang tuanya kepadanya. Ia merasa jika orang tuanya terlalu mengekangnya. Orang tua Novita melarang Novita untuk berteman dengan teman-temannya di luar sekolah dan juga bergaul dengan pacarnya itu. Orang tuanya memaksa Novita untuk tinggal di pesantren yang berada di desa terpencil yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka juga tidak mengizinkan Netti untuk banyak menghabiskan waktu di luar rumah, mereka ingin Novita diam di rumah saja. Walau ayahnya tidak ada di rumah, tapi selalu memantau perkembangan Netti. Ibunya sangat khawatir dan waswas terhadap pergaulan Novita, sehingga bersikap seperti itu. Karena hal itu juga ia sangat takut jika sampai orang tuanya mengetahui hal ini. Pasti mereka akan marah besar terhadapnya. Dengan perlakuan orang tuanya yang sudah seperti itu, dengan mengetahui hal ini pasti Novita akan lebih diberi ketegasan oleh orang tuanya.
Karena ketakutannya itu, ia memilih untuk tidak menceritakan hal ini kepada orang tuanya. Dan ia jadi sering menghindar untuk banyak mengobrol dengan ibunya, ia jadi sering berada di luar rumah. Karena ia merasa takut, malu dan bersalah atas apa yang telah dia lakukan. Walaupun yang dia lakukan tidak sampai jauh, hanya semacam sentuhan-sentuhan, tetapi tetap saja itu hal yang sangat tidak dibenarkan. Orang tuanya pasti sangat marah, dan Novita takut dihukum oleh orang tuanya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori
            Dilihat dari masalah yang dialami oleh Novita, saya memasukkan tiga teori mengenai masalah Netti tersebut. Yaitu mengenai kepribadian (id, ego, super ego), dan pergaulan bebas.
            Yang pertama adalah mengenai struktur kepribadian. Freud menjelaskan kepribadian manusia tersusun atas tiga sistem pokok, yakni id, ego,dan super ego. Meskipun masing-masing bagian mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanismenya sendiri, namun ketiganya berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi ketiga sistem itu, jarang satu sistem terlepas dari sistem lainnya.
            Menurut Freud, id adalah bagian jiwa yang menjadi tempat kedudukan libido. Dari id ini muncul impuls animalistis (hewani) dan khaotis yang menuntut pemuasan. Id tidak berhubungan dengan dunia luar, hanya berkontak dengan tubuh dan memusatkan tuntutannya kepada tubuh sendiri. Id seluruhnya dikuasai prinsip kesenangan, dan berusaha memaksa ego, yang dikuasai prinsip realitas untuk mengabulkan segala keinginannya, tanpa memandang konsekuensinya.[1] Hal itulah yang terjadi pada Netti, id nya yang memberi pengaruh besar terhadap ego dan super egonya, sehingga ia melakukan hal itu.
Kemudian selanjutnya teori mengenai pergaulan bebas. Dunia remaja adalah dunia penjelajahan, dunia eksplorasi yang penuh dengan keingintahuan. Semangat yang masih fresh dan meledak-ledak plus rasa ingin tahunya itulah yang terkadang membuat remaja kerap bereksperimen dalam berbagai hal, termasuk urusan seks.
            Bahkan, untuk urusan ini sekarang ada istilah seks aman (save sex). Maksudnya, berhubungan seks secara aman, termasuk di antaranya penggunaan alat kontrasepsi. Tujuan save sex itu sendiri bagus karena di dalamnya juga ada item setia kepada pasangan, tapi pasangan yang sudah menikah, yang sudah sah secara agama.
            Seks itu bisa mulia, bisa juga hina. Mulia kalau melampiaskan keinginannya dengan hal-hal yang dikehendaki Allah dan hina apabila melanggar ketentuan-ketentuan Allah Swt. Oleh karena itu, para remaja dan sebenarnya semua orang harus mengendalikan diri agar bisa mencegah dirinya dari perbuatan zina yang keji itu. Allah Swt telah berfirman di dalam al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra : 32).
            Islam tidak mengabaikan naluri seks dalam diri manusia. Islam bahkan mengatur masalah seks di jalan yang baik dan benar, yaitu setelah pernikahan.[2]
           
2.2 Sikap Konseli dalam Bahasa Tubuh
            Ketika klien bercerita, masalahnya dapat terlihat tidak hanya dari yang ia ucapkan atau bahasa verbal tetapi juga dari bahasa non verbal. Seperti mimik muka, gerakan tangan, dan gerakan tubuh yang lain. Awalnya saya dengan dia mengobrol asyik, kita saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Mengenai kuliah saya, dan sekolah dia. Kami tertawa-tawa dan bercanda. Tetapi tiba-tiba dia terlihat bingung, seperti ingin mengungkapkan sesuatu tapi ragu. Saya terus mencoba memancing dan mendesak dia untuk mengatakan apa yang ingin dia ceritakan. Akhirnya lama-lama dia mulai bercerita, dia terlihat ragu, tetapi saya terus menunjukkan sikap “welcome” dan siap untuk mendengarkan ceritanya. Sehingga dia berani untuk mulai bercerita.
Ketika dia bercerita, terlihat mimik muka Novita yang sedikit memerah dan ia menundukkan wajahnya ketika bercerita, itu menunjukkan jika ia malu untuk menceritakan masalahnya. Kemudian ia juga terlihat gugup, dari cara ia bercerita yang agak terbata-bata sering jeda atau berhenti sejenak. Mungkin dia takut jika saya akan marah dan kecewa mengenai apa yang dia lakukan. Ketika becerita tangan Novita tidak diam, ia menyobek-nyobek tissue yang dipegangnya, itu menunjukkan jika ia menyesal dan kesal terhadap dirinya sendiri. Lama-lama dia pun menangis tersedu-sedu, semua itu menunjukkan jika ia merasa menyesal telah melakukan itu semua, dan bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya untuk mengatasi masalahnya tersebut.





BAB III
PENUTUP

3.1 Solusi
            Untuk mengatasi masalah yang dialami oleh Novita ini, ada beberapa hal yang harus diberikan kepada Netti. Pertama, Novita harus diberi pengetahuan dahulu tentang seks. Agar ia tahu, apa itu seks dan apa bahaya dari seks bebas. Novita. diberi penjelasan dan pengarahan, sehingga ia mengerti dan memahami tentang perbuatan yang dilarang agama tersebut. Setelah ia paham, ia akan lebih dapat menjaga dirinya dari hal tersebut. Kemudian Novita juga harus memutuskan hubungan dengan pacarnya, agar tidak lagi terjadi hal yang tidak diinginkan. Ia harus memulai hidup baru, dan melakukan aktivitas-aktivitas positif.
            Motif seksual merupakan satu motif fisiologis yang mendesak untuk segera dipenuhi, terutama saat seseorang memasuki usia muda yang penuh gairah dan semangat, saat dorongan libido seks menguat. Dalam kondisi seperti ini, remaja dapat meredam motif seksualnya dengan beberapa cara. Di antaranya berolahraga yang dapat mengalihkan energi yang dimiliki dan melemahkan motif seksualnya. Atau melakukan aktivitas lainnya dalam bidang sastra, seni, berbagai kegiatan sosial yang dapat menguras energinya.[3] Dalam hal ini Novita dapat melakukan segala aktivitas positif yang disukainya atau hobinya. Seperti misalnya ia senang berenang dan bernyanyi,  ia dapat melakukan hal itu dengan teman-temannya serta mengembangkannya, karena itu merupakan sebuah bakat.
            Kemudian Novita diberi  pengarahan agar ia membatasi pergaulannya, terutama dengan teman-teman yang memberi pengaruh negatif terhadapnya. Ia harus pintar-pintar memilih teman. Sebaiknya ia menjalin hubungan pertemanan dengan orang-orang yang dapat memberi pengaruh positif terhadapnya, yang dapat meneriama ia apa adanya, dan yang dapat memberikan motivasi baginya. Novita harus terus diberi energi-energi positf dan motivasi oleh orang-orang sekitarnya. Selanjutnya Novita di ajak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keberagamaan, seperti pengajian, remaja mesjid dan kegiatan agama lainnya untuk menumbuhkan kematangan keberagamaanya. Dengan hal itu, ia dapat lebih menjaga dirinya karena terus mendapatkan pengetahuan tentang agama, menguatkan keyakinan atau imannya, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
            Solusi selanjutnya adalah peran orang tua. Novita sebaiknya menceritakan hal ini kepada orang tuanya, karena tidak selamanya hal ini dapat disembunyikan dari orang tuanya. Orang tua Novita harus tau segala hal yang terjadi kepada puterinya, karena bagaimanapun orang tualah yang paling bertanggung jawab atas Novita. Hendaknya Novita menjelaskan kronologis kejadian itu, mungkin orang tuanya akan marah, tetapi itulah konsekuensinya. Sedikit demi sedikit orang tua Novita pasti akan mengerti jika Netti memberikan pengertian terhadap mereka. Dengan catatan Novita berjanji terhadap orang tuanya tidak akan pernah mengulangi hal itu, dan mentaati segala perintah orang tuanya untuk kebaikannya. Dan tidak lagi membangkang serta membuat orang tua khawatir. Semua itu dapat memperbaiki hubungan Novita dengan orang tuanya, sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman diantara mereka.

3.2 Rekomendasi
            Rekomendasi/ saran dapat diberikan untuk Novita dan orang tuanya. Untuk Novita yaitu ia harus membatasi pergaulannya dan memilih teman yang dapat memberikan pengaruh positif baginya. Ia juga harus lebih taat terhadap orang tuanya dan tidak membangkang. Kemudian ia sebaiknya banyak melakukan kegiatan-kegiatan positif untuk menghindari hal-hal buruk. Selanjutnya untuk orang tua Novita, harus lebih memahami anaknya, tidak terlalu mengekang dan khawatir. Memberi kebebasan tetapi tetap memberi batasan. Memberi motivasi terhadap Novita mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan Novita yang bersifat positif. Tetap memantau pergaulan Novita agar tidak terjerumus kepada pergaulan bebas. Selalu memberi wawasan-wawasan positif kepada Novita.


DAFTAR PUSTAKA

Riana, Deny, 99 ideas for happy teens, Jakarta: Zip Books,  2008.
AS, Enjang, Komunikasi Konseling: Dari Wawancara, Seni Mendengar, sampai Soal Kepribadian, Bandung: Nuansa, 2009.
Ustman Najati, Muhammad, The Ultimate Psychology: Psikologi Sempurna ala Nabi Saw, Bandung: Pustaka Hidayah, 2008.



[1] Drs. Enjang AS., M.Si., M.Ag., Komunikasi Konseling, (Bandung: Nuansa, 2009), hlm. 204-205.
[2] Deny Riana, 99 Ideas for Happy Teens, (Bandung: Zeep Books, 2008), hlm. 192-193.
[3] Dr. Muhammad Utsman Najati, The Ultimate Psychology, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), hlm. 54.

_quRey_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar