Minggu, 09 Oktober 2011

Yuk, Berbakti Kepada Orang Tua

Apa kamu bangga mempunyai orang tua seperti orang tuamu?
Jika ia , tentu kamu ingin sekali menjadi anak yang berbakti kepada mereka.
Ada satu hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Amalan apakah yang dicintai oleh Allah?’ Beliau menjawab, ‘Sahalat pada waktunya. ‘Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada orang tua. ‘Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’”
“Ya. Sesungguhnya hadits-hadits yang menjelaskan bakti kepada orang tua sangat banyak. Kita sebagai anak diwajibkan berbakti kepada orang tua.
Kita di suruh berbakti kepada orang tua bukan hanya saat mereka hidup, bahkan bila mereka sudah meninggal pun kita tetap harus berbakti kepada keduanya. Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi r.a., ia berkata, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah saw., tiba-tiba datang seorang laki-laki dari (suku) bani Salamah lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang dapat aku lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?’ Beliau bersabda, ‘Ya, yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menunaikan haji keduanya setelah mereka tiada, menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya.’ Itulah hadits riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban di dalam Sahihnya.”
So, sayangi dan jaga orang tuamu selagi masih ada. Selalu berikan yang terbaik bagi mereka, dan jangan pernah membuat mereka terluka sedikitpun. Berikanlah selalu senyuman dan kebahagiaan… J
     _quRey_

Children with Special Needs (Anak Berkebutuhan Khusus)

Siapa itu Anak Berkebutuhan Khusus?
Anak  dengan kebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik, psikis, atau sosial seperti anak autis, retardasi mental kesulitan belajar, dan lainnya.
Sehingga interaksi dengan lingkungan terbatas atau bahkan tidak mampu. Masing-masing  mempunyai ciri-ciri mental, fisik, sosial, dan komunikasi yang berbeda dengan rata-rata anak kebanyakan. Mereka begitu unik kadang ceria dan dekat dengan kita, kadang diam menyendiri sulit diraih. 
Dia tidak tuli tetapi sulit diajak bicara, dia tidak buta tetapi matanya sulit melihat obyek yang kita tawarkan bahkan tidak tertarik dengan apa yang di sekelilingnya baik benda maupun suara. Dia tidak bisu tetapi mulutnya bicara tanpa bentuk kata yang jelas. Dia kadang melakukan gerakan yang berulang-ulang dan sangat aktif tanpa mengenal capai, namun kadang teriak dan menangis tanpa sebab yang jelas, mungkin kesal dengan dirinya yang sulit dikontrol.
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang terkena disfungsi otak. Disfungsi otak merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyatakan akibat dari adanya cedera atau kerusakan, kelainan perkembangan gangguan keseimbangan biokimiawi atau gangguan aktifitas listrik dalam otak.
Otak terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri. Belahan otak kiri: komunikasi verbal, linguistik, logis, analitis, praktis sedangkan belahan otak kanan: komunikasi non verbal, pragmatik, orientasi ruang (visual – spesial), imajinasi, kreasi, spiritual, seni, holistik – intuitif.

Apa Faktor Penyebab ABK?
Banyak faktor penyebab disfungsi otak: mulai dari masa kehamilan ibu (kurang gizi, merokok, mengalami pendarahan), saat melahirkan (kelahiran yang sulit, lahir premature), atau saat bayi lahir (tidak langsung menangis, nampak biru, pucat, kuning) dan setelah bayi lahir (mengalami radang otak atau cedera kepala).
Faktor yang menjadi kontributor terjadinya anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1. Herediter
Faktor herediter atau faktor keturunan atau faktor genetic yang dimaksud adalah adanya kelainan kromosom, salah satunya adalah kelainan pada kromosom ke 21 yang disebut trisomi 21, yang menyebabkan down’s syndrome pada anak yang dilahirkan oleh seorang ibu. Usia ibu pada saat hamil di atas 35 tahun juga dapat memiliki resiko melahirkan anak berkelainan. Seperti tampak dalam table yang dikutip dari Adrian, A (1994:454)

2. Infeksi
Infeksi dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan baik langsung maupun tidak langsung, terutama infeksi yang terjadi ketika ibu sedang mengandung,
contohnya infeksi TORCH (toksoplasma; rubella, citomegalo virus, herpes), folio, meningitis dan lain sebagainya
3. Keracunan
Keracunan dapat menjadi penyebab munculnya kelainan pada diri seorang anak, salah satu yang dapat menyebabkan keracuanan adalah karena ibu pada saat hamil mengkonsumsi alcohol secara berlebihan yang disebut FAS (fetal alcohol syndrome), selain itu ibu hamil yang mengkonsumsi obat-obat yang dijual bebas di pasaran tanpa mengikuti petunjuk, dapat membuat janin keracunan, dan menyebabkan kelainan pada anak.
4. Trauma
Trauma kelahiran seperti ketika lahir anak mengalami kekurangan oksigen (tidak bernafas untuk beberapa saat), sehingga suplai oksigen ke dalam otak kurang (afeksia), dapat menyebabkan kelainan pada anak, atau juga kelahiran yang dibantu dengan alat sehingga menyebabkan cedera otak. Bencana alam seperti gempa bumi juga dapat menyebabkan trauma pada anak.
5. Kekurangan gizi
Kekurangan asupan gizi pada saat tumbuh kembang anak juga dapat menyebabkan kelainan pada anak, seperti busung lapar. Dilihat dari waktu terjadinya kelainan dapat dibagi menjadi: Pre-natal; peri-natal, pasca natal.

Apa  saja yang termasuk ABK?
A. Anak Berkelainan Fisik
Anak-anak berkelainan fisik terdiri dari tunanetra, tunarungu dan tunadaksa, adapun karakteristik kelainan fisik meliputi:
1. Tunanetra
• Fisik, adanya kelainan pada indera penglihatan
• Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya.
• Motorik, kurang dapat melakukan mobilitas secara umum
• Sosial-emosional, mudah tersinggung dan bersifat verbalism yaitu dapat bicara tetapi tidak tahu nyatanya.
2. Tunarungu
• Fisik, kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak.
• Kemampuan akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak normal pada umumnya.
• Motorik, sering anak tunarungu kurang memiliki keseimbangan motorik dengan baik.
• Sosial-emosional, sering memperlihatkan rasa curiga yang berlebihan, mudah tersinggung.
3. Tunadaksa
• Fisik, jelas menampakkan adanya kelainan baik fisik, maupun motorik.
• Kemampuan akademik, untuk tunadaksa ringan tidak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Sedangkan untuk tunadaksa berat terutama bagai anak yang mengalami gangguan neuro-muscular sering disertai dengan keterbelakangan mental.
• Motorik, banyak tunadaksa yang mengalami gangguan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.
• Sosial-emosional, anak tunadaksa memiliki kecenderungan rasa rendah diri (minder) dalam pergaulan dengan orang lain

B. Anak Berkelainan Emosional
1. Tunagrahita
        Tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kapasitas intelektual (IQ) di bawah 70      yang disertai dengan ketidak mampuan dalam penyesiuaian diri dengan lingkungan sehingga memiliki berbagai permasalahan sosial, untuk itu diperlukan layanan dan perlakuan pendidikan khusus. Tunagrahita dapat dilihat dari berbagai disiplin ilmu sehingga terdapat berbagai  istilah kalsifikasi  dan karakteristiknya, menurut psikologi tunagrahita dibagi menjadi mild, moderate, severe, dan profound.
Sedang kedokteran membagi menjadi debil, imbesil  dan idiot,  serta dalam pendidikan dapat di kelompokkan menjadi mampu didik, mampu latih dan perlu rawat.  Karakteristik berdasar klasifikasi klinik atau adanya ciri fisik yang khas meliputi Down’s syndrome, kritin, macro cephalus (hidro cephalus), dan micro cephalus. Pada dasarnya anak tunagrahita memiliki karakteristik yang relative homogin berdasar klasifikasinya. Adapun karakteristik tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
o  Tingkat ringan, memiliki kemampuan paling tinggi setraf dengan anak kelas 5 SD, mampu di ajar memca, menulis dan berhitung sederhana. Dalam sosialisasi masih mampu mnyesuaikan diri dengan lingkungan sosial secara terbatas.
o  Tingkat sedang, memiliki kemampuan akademik maksimal setaraf dengan anak kelas 2 SD, biasanya sering disertai gangguan motorik dan komunikasi sehingga sangat sulit untuk menyesuaikan diri  dengan lingkungan, aktifitas sosialnya hanya sebatas untuk memelihara diri sendiri.
o  Tingkat berat, anak ini tidak mampu dididik maupun dilatih, kemampuannya paling tinggi setaraf anak pra-sekolah,  sepanjang hidupnya anak ini bergantung pada orang lain.
2. Tunalaras
Karakteristik anak tunalaras secara umum menunjukkan adanya gangguan perilaku,seperti suka menyerang (agresive), gagngguan perhatian dan hiperaktive.
 Secara akademik anak tunalaras sering ditemui tidak naik kelas hal ini dikarenakan gangguan perilakunya bukan karena kapasitasv intelektualnya. Karakteristik emosisosial anak tunalaras suka  melanggar norma baik yang berlaku di institusi seperti sekolah maupun masyarakat sehingga anak ini sering disebut dengan anak maladjusted. Tunalaras sering menunjukkan kepribadian yang tidak matang (immature) dan menunjukkan adanya kecemasan (anxietas).
C. Anak Berkelainan Akademik
1.   Anak Berbakat
Berbakat merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya anak berkelainan mental tinggi yaitu di atas rata-rata anak normal. Adapun karakteristik atau ciri yang menonjol pada anak berbakat meliputi:
·    Karakteristik Intelektual, cepat dalam belajar, rasa ingin tahunya tinggi, daya konsentrasinya cukup lama, memiliki daya kompetetif tinggi.
·    Karakteristik Sosial-emosional, mudah bergaul atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, memiliki sifat kepemimpinan (leadership) terhadap teman sebayanya, bersifat jujur, dan memiliki tenggangg rasa serta mampu mengontrol emosi.
·    Karakteristik Fisik-kesehatan, berpenampilan menarik, memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit, dapat memelihara penampilan fisik yang bersih dan rapi.
2.   Anak Berkesulitan Belajar
Berkesulitan belajar merupakan istilah generik, sehingga mengandung berbagai bentuk kesulitan di segala bidang. Kesulitan belajar spesifik dikenal dengan istilah disfungsi minimal otak (DMO) oleh dunia kedokteran.
Berkesulitan belajar spesifik pada dasarnya dapat dipaham dengan 4 demensi yaitu:
• Kesenjangan antara kapasitas intelektual dan prestasi belajar
• Adanya disfungsi minimal otak
• Adanya gangguan pada proses psikologi dasar
• Adanya  kesulitan pada pencapaian prestasi belajar akademik
Kesulitan belajar dapat dibagi menjadi kesulitan belajar perkembangan bagi anak pra-sekolah dan kesulitan belajar akademik bagi anak usia sekolah.
Sedangkan karakteristik spesifik dapat ditunjukkan sesuai dengan sebutan atau gejala yang muncul yaitu: disleksia, disgraphia, dispraksia, diskalkulia, disphasia, body awarness, Dsb. Anak berkesulitan belajar spesifik memiliki karakteristik yang unik setiap anak memiliki karakteristik yang ber beda-beda (heterogen) sehingga untuk penangananya  setiap anak akan berbeda sesuai dengan hasil diagnosisnya. Untuk itu penanganan anak tidak ada di sekolah khusus tetapi di sekolah umum dengan kelas remidial.

Bagaimana Sebaiknya Sikap Terhadap Mereka?
        Mereka memang berbeda dengan anak normal lain. Tapi disisi lain mereka juga sama seperti anak normal lainnya. Membutuhkan perhatian, kasih saying, belajar, dan sebagainya.
          Yang berbeda yang harus diberikan kepada mereka adalah cara dalam memberikan perhatian, pengajaran, berkomunikasi.
          Berikanlah perhatian dan kasih saying yang sempurna kepada mereka, ajarkan tentang segala hal kepada mereka dengan cara yang khusus yang tepat bagi mereka.
          Merekapun memiliki impian dan cita-cita dan layak untuk menggapainya. Anak berkebutuhan khusus pun bisa berprestasi, bahkan bisa lebih dari anak yang normal.
Cintai dan sayangi mereka, jangan pernah memandang sebelah mata tentang meraka. Mereka adalah anak-anak yang unik dan hebat!  J.

_quRey_
­_dari berbagai sumber_

Cantik (Ekspresi Syukur)


Cantik adalah sesuatu anugerah yang dimiliki wanita, dan yang wajib disyukuri. Secara prinsip, Islam mengajari umatnya untuk mensyukuri segala nikmat yang telah Allah swt. berikan. Diantara bentuk syukur ialah menggunakan apa yang Allah berikan untuk kebaikan, misalnya kita diberi nikmat kesehatan, syukuri nikmat-Nya dengan menggunakannya untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang Allah ridhoi. Kita diberi harta, wujud syukurnya yaitu berbagi dengan fakir, miskin, dan anak yatim.
Bentuk syukur yang kedua yaitu dengan merawatnya. Misalnya, kita diberi kesehatan syukurilah dengan menjaganya, seperti berolahraga yang rutin, memberikan nutrisi yang cukup, menjaga kebersihan, dan lain-lain. Kita diberi kemudahan dalam berbisnis, bentuk syukurnya yaitu dengan terus memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan dan tetap menjaga kualitas barang-barang yang dijual.
“Jadi ada dua expresi  syukur; pertama menggunakannya untuk apa yang Allah cintai dan kedua, merawatnya dengan sungguh-sungguh.”
Ya. Sesungguhnya, Allah swt. telah menciptakan manusia dalam performa (bentuk penampilan) terbaik sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Infithar ayat 6 dan 7. “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu seimbang.”


So, jaga segala apa yang kamu punya dan pergunakan untuk sesuatu yang baik. Dan jangan menjadi sombong dan takabur. Karena semua itu adalah pemberian dari Allah yang wajib kita syukuri…  termasuk cantikmu (especially for woman) :)
_quRey_





Komunikasi Konseling (Penelitian Kasus)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Masa remaja adalah masa yang penuh problematika, atau sering disebut problematika remaja. Menjelang masa remaja akhir seseorang sudah mulai mempunyai pegangan walau terkadang masih goyah. Masalah yang dihadapi remaja bermacam-macam, masalah dengan orang tua, masalah dengan teman, masalah dengan lingkungan, dan lain-lain. Seorang remaja memiliki emosi yang labil dan menggebu-gebu. Mereka selalu memiliki hasrat ingin mencoba atau melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan. Tetapi ketika akan melakukan suatu perbuatan, remaja tidak pernah berfikir secara matang. Tidak peduli baik atau buruk, yang penting mereka telah melakukannya tanpa memikirkan akibatnya. Biasanya remaja melakukan hal yang banyak dilakukan oleh teman-temannya karena ingin dikatakan “gaul”.
            Pada remaja seringkali terjadi gangguan emosi dan gangguan perilaku diakibatkan banyaknya tekanan-tekanan yang dialami remaja. Dengan adanya tekanan-tekanan ini muncullah masalah bagi mereka dan merasa mulai tidak nyaman. Seringkali seorang remaja ketika mempunyai masalah mencoba untuk menghindar. Mereka akan melakukan apapun yang dianggap menyenangkan untuk menghindari masalah tersebut. Yang berbahaya adalah ketika remaja menghindari sebuah masalah dengan melakukan hal yang negatif. Seperti merokok, perkelahian, narkoba, pergaulan bebas, dan perilaku menyimpang lainnya.
            Segala perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh orang tua, guru, teman sebaya, ataupun lingkungan. Bagi remaja biasanya yang paling mempengaruhi adalah teman sebaya mereka. Para remaja biasanya lebih mendengarkan teman-temannya daripada orang tua atau gurunya. Terhadap orang tua atau guru mereka seringkali membangkang dan bersikap acuh, tetapi terhadap temannya mereka akan mengikuti apapun yang temannya lakukan yang dianggap menyenangkan dan memuaskan hati meskipun dilarang oleh orang tua mereka.
Berhubungan dengan hal diatas, saya tertarik untuk meneliti seorang gadis remaja yang mengalami problematika remaja seperti yang telah disebutkan di atas. Mengenai objek dan masalah yang yang saya teliti akan dijelaskan selanjutnya.

1.2 Objek Penelitian
            Gadis remaja yang saya teliti bernama Novita (samaran) adalah seorang gadis remaja berusia 18 tahun, ia seorang siswa SMA Islam. Ia adalah anak ke-dua dari tiga bersaudara. Ayah dan Ibunya masih ada. Ayahnya bekerja di negeri Arab sebagai pegawai di pabrik mesin. Sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga sambil membuka warung di rumahnya. Novita memiliki satu orang kakak perempuan dan seorang adik laki-laki. Novita tinggal di sebuah rumah sederhana di sebuah kampung di di sebuah kota di Jawa Barat. Ia tinggal bersama Ibu dan adiknya. Sedangkan kakanya sudah menikah dan tinggal dengan suaminya. Jarak rumah dengan sekolah Novita cukup jauh, sehingga ia sering pulang larut sore bahkan sampai malam hari. Oleh karena itu ia sering dimarahi oleh orang tuanya karena sikapnya itu. Novita seperti remaja lainnya memiliki berbagai masalah dalam hidupnya. Terutama mengenai pergaulan dan hubungan dengan orang tuanya.

1.3 Masalah
            Beberapa pekan yang lalu Novita bercerita mengenai masalahnya kepada saya. Kasus yang diceritakan oleh Novita adalah masalah pergaulan dengan teman laki-lakinya. Sebenarnya ia adalah seorang gadis yang baik, hanya saja ia bergaul dengan orang-orang yang tidak dapat memberikan pengaruh positif baginya. Di sekolah ia berteman dengan orang-orang yang baik dan cukup agamis. Tetapi intensitas pergaulan dengan teman luar sekolah lebih sering di banding teman sekolahnya. Seringkali setiap pulang sekolah ia tidak langsung pulang ke rumah, tetapi pergi bermain dengan teman-temannya atau pacarnya. Terkadang ia pulang ke rumah sampai larut malam, bahkan pernah sampai tidak pulang ke rumah, biasanya ia menginap di rumah teman atau pacarnya.
Pernah suatu hari ia menginap di rumah pacarnya, pacarnya ini tinggal dengan kakaknya dan sering ditinggal sendiri di rumahnya. Saat itu hanya ada mereka berdua dirumah tersebut, kakak dari pacarnya itu sedang tidak ada di rumah. Ia terpaksa menginap karena ia pulang larut malam dan ia tidak berani untuk pulang ke rumah karena takut dimarahi oleh orang tuanya, maka ia putuskan untuk menginap di rumah pacarnya. Hari itu adalah pertama kali ia menginap dirumah pacarnya, ia mengakui sebenarnya ia merasa takut untuk menginap di rumah pacarnya tetapi disisi lain ia juga takut jika pulang ke rumah. Maka dia terpaksa berbohong kalau dia menginap di rumah temannya, karena temannya sendiri di rumah sedang ditinggalkan ke luar kota oleh orang tuanya, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Karena malam itu hanya ada mereka berdua, dan kebetulan turun hujan. Mereka berada di dalam satu kamar, awalnya mereka sekedar mengobrol. Tetapi lama-lama entah karena apa terjadilah sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Novita mengakui apa yang dilakukannya adalah hal yang sangat salah. Ia pun menyadari bahwa hal itu adalah hal yang sangat dilarang oleh agama, tapi entah karena apa dia dapat melakukan perbuatan itu, Novita pun merasa bingung.
Kemudian ia juga menjelaskan mengenai sikap orang tuanya kepadanya. Ia merasa jika orang tuanya terlalu mengekangnya. Orang tua Novita melarang Novita untuk berteman dengan teman-temannya di luar sekolah dan juga bergaul dengan pacarnya itu. Orang tuanya memaksa Novita untuk tinggal di pesantren yang berada di desa terpencil yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka juga tidak mengizinkan Netti untuk banyak menghabiskan waktu di luar rumah, mereka ingin Novita diam di rumah saja. Walau ayahnya tidak ada di rumah, tapi selalu memantau perkembangan Netti. Ibunya sangat khawatir dan waswas terhadap pergaulan Novita, sehingga bersikap seperti itu. Karena hal itu juga ia sangat takut jika sampai orang tuanya mengetahui hal ini. Pasti mereka akan marah besar terhadapnya. Dengan perlakuan orang tuanya yang sudah seperti itu, dengan mengetahui hal ini pasti Novita akan lebih diberi ketegasan oleh orang tuanya.
Karena ketakutannya itu, ia memilih untuk tidak menceritakan hal ini kepada orang tuanya. Dan ia jadi sering menghindar untuk banyak mengobrol dengan ibunya, ia jadi sering berada di luar rumah. Karena ia merasa takut, malu dan bersalah atas apa yang telah dia lakukan. Walaupun yang dia lakukan tidak sampai jauh, hanya semacam sentuhan-sentuhan, tetapi tetap saja itu hal yang sangat tidak dibenarkan. Orang tuanya pasti sangat marah, dan Novita takut dihukum oleh orang tuanya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori
            Dilihat dari masalah yang dialami oleh Novita, saya memasukkan tiga teori mengenai masalah Netti tersebut. Yaitu mengenai kepribadian (id, ego, super ego), dan pergaulan bebas.
            Yang pertama adalah mengenai struktur kepribadian. Freud menjelaskan kepribadian manusia tersusun atas tiga sistem pokok, yakni id, ego,dan super ego. Meskipun masing-masing bagian mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanismenya sendiri, namun ketiganya berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi ketiga sistem itu, jarang satu sistem terlepas dari sistem lainnya.
            Menurut Freud, id adalah bagian jiwa yang menjadi tempat kedudukan libido. Dari id ini muncul impuls animalistis (hewani) dan khaotis yang menuntut pemuasan. Id tidak berhubungan dengan dunia luar, hanya berkontak dengan tubuh dan memusatkan tuntutannya kepada tubuh sendiri. Id seluruhnya dikuasai prinsip kesenangan, dan berusaha memaksa ego, yang dikuasai prinsip realitas untuk mengabulkan segala keinginannya, tanpa memandang konsekuensinya.[1] Hal itulah yang terjadi pada Netti, id nya yang memberi pengaruh besar terhadap ego dan super egonya, sehingga ia melakukan hal itu.
Kemudian selanjutnya teori mengenai pergaulan bebas. Dunia remaja adalah dunia penjelajahan, dunia eksplorasi yang penuh dengan keingintahuan. Semangat yang masih fresh dan meledak-ledak plus rasa ingin tahunya itulah yang terkadang membuat remaja kerap bereksperimen dalam berbagai hal, termasuk urusan seks.
            Bahkan, untuk urusan ini sekarang ada istilah seks aman (save sex). Maksudnya, berhubungan seks secara aman, termasuk di antaranya penggunaan alat kontrasepsi. Tujuan save sex itu sendiri bagus karena di dalamnya juga ada item setia kepada pasangan, tapi pasangan yang sudah menikah, yang sudah sah secara agama.
            Seks itu bisa mulia, bisa juga hina. Mulia kalau melampiaskan keinginannya dengan hal-hal yang dikehendaki Allah dan hina apabila melanggar ketentuan-ketentuan Allah Swt. Oleh karena itu, para remaja dan sebenarnya semua orang harus mengendalikan diri agar bisa mencegah dirinya dari perbuatan zina yang keji itu. Allah Swt telah berfirman di dalam al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra : 32).
            Islam tidak mengabaikan naluri seks dalam diri manusia. Islam bahkan mengatur masalah seks di jalan yang baik dan benar, yaitu setelah pernikahan.[2]
           
2.2 Sikap Konseli dalam Bahasa Tubuh
            Ketika klien bercerita, masalahnya dapat terlihat tidak hanya dari yang ia ucapkan atau bahasa verbal tetapi juga dari bahasa non verbal. Seperti mimik muka, gerakan tangan, dan gerakan tubuh yang lain. Awalnya saya dengan dia mengobrol asyik, kita saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Mengenai kuliah saya, dan sekolah dia. Kami tertawa-tawa dan bercanda. Tetapi tiba-tiba dia terlihat bingung, seperti ingin mengungkapkan sesuatu tapi ragu. Saya terus mencoba memancing dan mendesak dia untuk mengatakan apa yang ingin dia ceritakan. Akhirnya lama-lama dia mulai bercerita, dia terlihat ragu, tetapi saya terus menunjukkan sikap “welcome” dan siap untuk mendengarkan ceritanya. Sehingga dia berani untuk mulai bercerita.
Ketika dia bercerita, terlihat mimik muka Novita yang sedikit memerah dan ia menundukkan wajahnya ketika bercerita, itu menunjukkan jika ia malu untuk menceritakan masalahnya. Kemudian ia juga terlihat gugup, dari cara ia bercerita yang agak terbata-bata sering jeda atau berhenti sejenak. Mungkin dia takut jika saya akan marah dan kecewa mengenai apa yang dia lakukan. Ketika becerita tangan Novita tidak diam, ia menyobek-nyobek tissue yang dipegangnya, itu menunjukkan jika ia menyesal dan kesal terhadap dirinya sendiri. Lama-lama dia pun menangis tersedu-sedu, semua itu menunjukkan jika ia merasa menyesal telah melakukan itu semua, dan bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya untuk mengatasi masalahnya tersebut.





BAB III
PENUTUP

3.1 Solusi
            Untuk mengatasi masalah yang dialami oleh Novita ini, ada beberapa hal yang harus diberikan kepada Netti. Pertama, Novita harus diberi pengetahuan dahulu tentang seks. Agar ia tahu, apa itu seks dan apa bahaya dari seks bebas. Novita. diberi penjelasan dan pengarahan, sehingga ia mengerti dan memahami tentang perbuatan yang dilarang agama tersebut. Setelah ia paham, ia akan lebih dapat menjaga dirinya dari hal tersebut. Kemudian Novita juga harus memutuskan hubungan dengan pacarnya, agar tidak lagi terjadi hal yang tidak diinginkan. Ia harus memulai hidup baru, dan melakukan aktivitas-aktivitas positif.
            Motif seksual merupakan satu motif fisiologis yang mendesak untuk segera dipenuhi, terutama saat seseorang memasuki usia muda yang penuh gairah dan semangat, saat dorongan libido seks menguat. Dalam kondisi seperti ini, remaja dapat meredam motif seksualnya dengan beberapa cara. Di antaranya berolahraga yang dapat mengalihkan energi yang dimiliki dan melemahkan motif seksualnya. Atau melakukan aktivitas lainnya dalam bidang sastra, seni, berbagai kegiatan sosial yang dapat menguras energinya.[3] Dalam hal ini Novita dapat melakukan segala aktivitas positif yang disukainya atau hobinya. Seperti misalnya ia senang berenang dan bernyanyi,  ia dapat melakukan hal itu dengan teman-temannya serta mengembangkannya, karena itu merupakan sebuah bakat.
            Kemudian Novita diberi  pengarahan agar ia membatasi pergaulannya, terutama dengan teman-teman yang memberi pengaruh negatif terhadapnya. Ia harus pintar-pintar memilih teman. Sebaiknya ia menjalin hubungan pertemanan dengan orang-orang yang dapat memberi pengaruh positif terhadapnya, yang dapat meneriama ia apa adanya, dan yang dapat memberikan motivasi baginya. Novita harus terus diberi energi-energi positf dan motivasi oleh orang-orang sekitarnya. Selanjutnya Novita di ajak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keberagamaan, seperti pengajian, remaja mesjid dan kegiatan agama lainnya untuk menumbuhkan kematangan keberagamaanya. Dengan hal itu, ia dapat lebih menjaga dirinya karena terus mendapatkan pengetahuan tentang agama, menguatkan keyakinan atau imannya, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
            Solusi selanjutnya adalah peran orang tua. Novita sebaiknya menceritakan hal ini kepada orang tuanya, karena tidak selamanya hal ini dapat disembunyikan dari orang tuanya. Orang tua Novita harus tau segala hal yang terjadi kepada puterinya, karena bagaimanapun orang tualah yang paling bertanggung jawab atas Novita. Hendaknya Novita menjelaskan kronologis kejadian itu, mungkin orang tuanya akan marah, tetapi itulah konsekuensinya. Sedikit demi sedikit orang tua Novita pasti akan mengerti jika Netti memberikan pengertian terhadap mereka. Dengan catatan Novita berjanji terhadap orang tuanya tidak akan pernah mengulangi hal itu, dan mentaati segala perintah orang tuanya untuk kebaikannya. Dan tidak lagi membangkang serta membuat orang tua khawatir. Semua itu dapat memperbaiki hubungan Novita dengan orang tuanya, sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman diantara mereka.

3.2 Rekomendasi
            Rekomendasi/ saran dapat diberikan untuk Novita dan orang tuanya. Untuk Novita yaitu ia harus membatasi pergaulannya dan memilih teman yang dapat memberikan pengaruh positif baginya. Ia juga harus lebih taat terhadap orang tuanya dan tidak membangkang. Kemudian ia sebaiknya banyak melakukan kegiatan-kegiatan positif untuk menghindari hal-hal buruk. Selanjutnya untuk orang tua Novita, harus lebih memahami anaknya, tidak terlalu mengekang dan khawatir. Memberi kebebasan tetapi tetap memberi batasan. Memberi motivasi terhadap Novita mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan Novita yang bersifat positif. Tetap memantau pergaulan Novita agar tidak terjerumus kepada pergaulan bebas. Selalu memberi wawasan-wawasan positif kepada Novita.


DAFTAR PUSTAKA

Riana, Deny, 99 ideas for happy teens, Jakarta: Zip Books,  2008.
AS, Enjang, Komunikasi Konseling: Dari Wawancara, Seni Mendengar, sampai Soal Kepribadian, Bandung: Nuansa, 2009.
Ustman Najati, Muhammad, The Ultimate Psychology: Psikologi Sempurna ala Nabi Saw, Bandung: Pustaka Hidayah, 2008.



[1] Drs. Enjang AS., M.Si., M.Ag., Komunikasi Konseling, (Bandung: Nuansa, 2009), hlm. 204-205.
[2] Deny Riana, 99 Ideas for Happy Teens, (Bandung: Zeep Books, 2008), hlm. 192-193.
[3] Dr. Muhammad Utsman Najati, The Ultimate Psychology, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2008), hlm. 54.

_quRey_

Cerpen Konseling1

Aku sedang berada di sebuah gurun pasir yang gersang sekali, tak ada satupun pepohonan, binatang , apalagi manusia. Aku merasa sangat kehausan , hembusan anginpun rasanya tidak ada.. ingin berteriak rasanya susah . Tapi tiba-tiba kok ada yang menepuk pundakku .
“Neng .. neng ..”
Aku masih tak sadar dan mengerutkan dahi , suara siapa itu?
Tiba-tiba suara itu semakin keras .“neng… bangun neng .. ! neng ..?!
deg ! aku tersentak kaget ..
“ongkosnya neng ?” ucapnya sambil menghitung uang di tangannya.
“eh iya pak .. maaf .. sebentar”
Ya, bapak kondektur yang membangunkanku. Aku sedang berada di dalam bis. Dalam perjalanan dari rumah menuju kostan.
Segera ku mengeluarkan dompet dan memberikan uang lembaran dua puluh ribu pada pak kondektur.
“ini.. pak .. ongkosnya” seraya ku tersenyum simpul sambil menyodorkan uang.

Ibu yang duduk di sampingku hanya tersenyum melihat tingkahku , yang tersentak bangun dari tidur gara-gara pak kondektur nagih ongkos.
Aku hanya tersenyum malu, cengengesan. “hhee.. bu..”

Selama dua jam sudah aku di dalam bis, dan akhirnya sampai di tol cileunyi.
“Majalaya .. majalaya ..”
“ caheum .. caheum ..”
Teriakan para supir angkot, kepada para penumpang bis yang baru turun.
‘neng .. Cicaheum neng? “ tanya salah seorang supir angkot.

Aku hanya mengangguk dan segera naik ke dalam angkot.
Baru saja aku duduk, belum sampai 10 detik “ nguk nguk nguk..” handphoneku berbunyi.
Telpon dari Mathien, adikku.
“Hallo.. assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam.. teh .. lagi dimana? Udah nyampe di bandung?”
“iya ..udah.. ini lagi di angkot, baru turun dari bis, kenapa?
“oh.. jangan dulu naik angkot teh .. sekarang teteh kesini bisa ga?”

Adikku memintaku untuk datang ke asramanya. Adikku bersekolah sambil pesantren di salah satu pesantren modern yang ada di Bandung. Letaknya cukup dekat dari tempatku sekarang. Entah ada apa tiba-tiba Mathien memintaku datang ke tempatnya.
“Memangnya ada apa? Kok tiba-tiba nyuruh teteh datang kesana?”
“Panjang ceritanya .. pokoknya teteh harus kesini sekarang juga”
Tut.. tut ..tut .. tiba-tiba dia mematikan telponnya .
“tit …tit.. bunyi sms. 1 new message, dari Mathien.
“Teh… Mathien punya temen, dia sedang ada masalah dengan orang tuanya dan dia kabur dari rumah. Sekarang dia bingung mau tidur dimana, teman-temannya kebanyakan tinggal di asrama dan sebagian lagi rumahnya jauh.. Mathien minta tolong.. boleh ya dia nginep di kostan teteh… satu hari aja?.. dia perempuan.. boleh ya teh?”
Aku bingung, awalnya aku menolak karena bagaimanapun dia adalah orang asing. Tapi Mathien terus memaksa dan menjelaskan semuanya.
“Tolong banget teh.. kasian dia, kalo sekarang gak ada tempat buat nginep, dia bilang mau ngamen dan tidur di mesjid”
Tentu saja aku gak tega mendengar cerita Mathien tentang anak itu. Akhirnya aku mengiyakan dan langsung menaikki angkot yang menuju tempat adikku.

Singkat cerita, aku sampai di depan sekolah mereka. Disana ada Mathien dan dua orang teman perempuannya. Mathien menjelaskan kembali dan menunjukkan teman yang dia maksud. Akhirnya aku dan anak itu pergi menuju kostanku.
Selama perjalanan anak itu hanya terdiam, aku tanya pun hanya menjawab seperlunya, atau cukup dengan anggukan saja. Memang terlihat dari raut wajahnya, anak ini sedang mempunyai masalah. 


Akhirnya tepat pukul 16.25 WIB kami sampai di kostan.
“Alhamdulillah.. nah ini kostan teteh.. maaf ya kalo berantakan, hhe..”
“iya teh gak apa-apa.. maaf ya teh jadi ngerepotin..”
“ gak apa-apa ..’ jawabku sambil tersenyum.
“yaudah .. teteh shalat dulu ya, kamu shalat juga kan?”
“ iya teh ..”
Segera aku mengambil air wudhlu , dan melaksanakan shalat ashar. Begitupun dengan anak itu, yang aku tau dari Mathien bernama Resti.
Selesai kami melaksanakan shalat. Suasana hening sejenak.
“Kamu teman sekelasnya Mathien?” aku memulai pembicaraan.
“iya teh…” jawabnya sambil mengangguk.
Dia tidak banyak bicara, terus saja menunduk.
“Sebenarnya ada apa”? … kamu dari tadi terlihat murung..?”
Dia hanya terdiam. Lama sekali..
“Mathien sudah menceritakan semuanya sama teteh?” tanya Resti tiba-tiba.
“hmmm.. iya tadi Mathien hanya menceritakan bahwa kamu membutuhkan tempat tinggal untuk malam ini.. ada apa sebenarnya? kenapa kamu pergi dari rumah?” aku memulai mendorong anak itu untuk bercerita.
“Aku lagi gak betah diam di rumah…”
“Lho… kenapa? Apa kamu gak takut orang tua kamu khawatir?”
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Mereka gak akan khawatir, malah mungkin seneng aku gak ada di rumah. Kalo aku di rumah mereka marah-marah terus, aku gak betah!”
“Mana mungkin mereka gak khawatir anaknya pergi tanpa sepengetahuan mereka, dan tidak tahu entah dimana, mereka pasti mencari-cari kamu”.

“Aku gak peduli, yang jelas sekarang aku lagi gak mau diam di rumah… stress aku kalo di rumah terus…”
Matanya mulai berkaca-kaca.
“Oke… teteh mengerti, kamu tenang ya, kamu boleh tidur disini ko malam ini, sampai kamu tenang. Tapi sebenarnya ada masalah apa kamu dengan orang tua kamu?” aku mencoba menenangkannya dan menggali permasalahannya.

“Sudah beberapa hari ini keadaan rumah kacau, setiap hari mereka marah-marah, aku dan adik-adikku jadi sasaran kekesalan mereka. Apalagi aku, sebagai anak pertama”. Dia mulai bercerita dengan nada kesal. Aku tetap mendengarkan.
“Aku sering pulang sore, karena ada kegiatan di sekolah bukan karena main, tapi mereka gak ngerti, mereka menyangka aku main terus…”

Ia menghentikan ceritanya sejenak.. dan mulai bercerita kembali..
“kemarin ayah bilang. Kamu tiap hari pulang sore, bukannya langsung pulang malah main terus. Ayah sama ibu capek-capek cari uang buat kalian. Kalau adik kamu wajar saja mereka masih kecil. Ini kamu ! sudah besar, harusnya jadi contoh buat adik-adik kamu. Kalau kaya gitu mending kamu berhenti sekolah saja, bantuin ibu sama bapak cari duit!” dia mengulang perkataan ayahnya.

Aku hanya menarik nafas panjang mendengar ceritanya.
Anak itu mulai menangis… aku mencoba menenangkannya.
“Jadi orang tua kamu meminta kamu berhenti sekolah?”
Dia mengangguk pelan..
“Memangnya orang tua kamu kerja apa?”
“Berjualan di pasar…” jawabnya pelan, nyaris tak terdengar.
Aku hanya mengangguk mendengar jawabannya.
“Makanya, sekarang aku lagi mikir teh… bagaimana caranya dapat uang buat bantu ayah sama ibu.. rencananya besok aku mau ngamen aja” ungkapnya.
“Jadi kamu besok kamu gak akan sekolah? Mau ngamen?”
“Iya …”
“Apa kamu yakin? Apa dengan begitu orang tua kamu mengizinkan kamu mengamen dan berhenti sekolah?” tanyaku.
“Aku gak tahu teh… tapi mau gimana lagi… mungkin cuma ngamen aku bisa dapetin uang saat ini”
“Sepertinya kamu cuma lagi emosi aja res… kelihatan dari bahasa tubuh kamu, sebenarnya kamu gak yakin melakukan itu”
Dia hanya diam saja mendengar perkataanku ..
“Tadi kamu bilang ayah kamu meminta kamu berhenti sekolah dan membantu mencari uang, lalu bagaimana, apa orang tua kamu tahu kamu mau ngamen?”
“Gak tahu… aku bingung”
Tak terasa panjang-lebar bercerita, berkumandang suara adzan maghrib…
“Udah adzan… kita shalat dulu yuk…” ajakku pada Resti.
20 menit berlalu setelah kami melaksanakan shalat maghrib
“Teh… gak apa-apa ya Resti nginep disini.. besok juga Resti uda pergi kok…”

“Iya… boleh, kan tadi teteh udah bilang… kamu tenang aja, tapi teteh harap besok kamu pulang ke rumah ya…”
Resti terdiam .
“Aku gak tahu teh… aku bener-benr bingung, kalo aku pulang pasti mereka marah besar sama aku…”
“Teteh mengerti res… bagaimana perasaan kamu saat ini… tapi kamu juga harus mengerti perasaan orang tua kamu… semarah apapun mereka, mereka pasti tidak mau terjadi sesuatu pada anaknya…”

Resti kembali terdiam ..
“Res… yang teteh tangkap dari cerita kamu, orang tua kamu … menginginkan yang terbaik dari kamu… mereka ingin kamu menjadi anak yang berhasil, sekolah dengan sungguh-sungguh. Mereka hanya tidak mengerti tentang kegiatan kamu di luar sekolah… di antara kamu sama mereka hanya ada kesalahpahaman. Kamu hanya perlu memberikan pengertian sama mereka secara perlahan …”

‘Tapi mereka susah mengerti teh… kenapa sih seolah-olah mereka itu benci sama aku, tiap hari pasti marah-marah…!”

“Oleh karena itu kamu terus coba memberikan pengertian sama mereka… mereka bersikap kaya gitu, bukan berarti mereka benci sama kamu res… pasti ada alasan lain … kamu hanya perlu berbicara dari hati ke hati sama orang tua kamu… kalau sikap kamu seperti menghindar … bagaimana masalahnya akan selesai, kamu ingin masalah ini cepat selesai kan?”
Resti mengangguk tanda sepakat dengan yang kukatakan.
“Aku juga sempet berfikir gitu teh … tapi kadang aku gak yakin, masih takut mereka marah sama aku…”

“Kamu harus yakin res… teteh percaya kamu pasti bisa meyakinkan dan memberikan pengertian sama orang tua kamu, pasti!”
“Jadi sebaiknya aku pulang ke rumah dan ngobrol sama mereka?”
“he’embb…” jawabku singkat.
Dia berfikir sejenak..
“Ya teh… aku coba, memang cuma dengan ngobrol sama mereka untuk memberikan pemahaman sama mereka…” ungkapnya
“yaps… pernyataan yang bagus…res, kamu sudah memberi pencerahan untuk diri kamu sendiri.. just do it, oke?!” ucapku sambil tersenyum. ”
Resti mengangguk sambil tersenyum.
“Makasih ya teh… sudah memberi pencerahan buat aku…”
“Bukan teteh … tapi kamu sendiri yang sudah mau membuka hati dan berfikir dewasa untuk permasalahan kamu sendiri…”
Resti kembali tersenyum.
“Huvvvt….” Resti menghela nafas.
“Resti masih ragu teh .. teteh mau ya bantu resti besok… teteh ikut ke rumah resti, gimana?”
‘mmmmbbb…” Aku berfikir sejenak.
“oke… insya Allah…teteh bantu..” aku menyanggupi.
“Makasih ya teh…”
“Sipp.., gak terasa ya… uda jam delapan lewat, shalat isya dulu yuk … abis itu kita tidur, kamu juga kelihatannya capek banget…” saranku.
“Iya teh…”

Segera kami melaksanakan shalat isya dan beranjak tidur…

“Allahu akbar… Allahu akbar… “ adzan shubuh berkumandang.
Kami terbangun, dan bergegas pergi ke kamar mandi dan shalat shubuh…

“Res… sekarang kamu pergi sekolah aja dulu ya… nanti kalo kamu sudah pulang, hubungi teteh lewat Mathien, nanti teteh nyusul kesana…” ucapku sambil membereskan tempat tidur.
“Iya teh…” jawabnya.
“yaudah, sok kamu mandi sekarang”
Resti pun pergi mandi, dan bersiap-siap pergi ke sekolah.

Kebetulan hari ini aku tidak ada jam kuliah, jadi aku bisa mengantar dan menemani Resti untuk menemui orang tuanya.

Singkat cerita, jam sudah menunjukkan pukul 13.00. Aku dapat sms dar Mathien, bahwa mereka sudah keluar kelas.
Untungnya aku sudah shalat. Langsung aku bersiap-siap untuk pergi.
Aku menemui Resti di sekolahnya, setelah itu kami langsung berangkat menuju rumah orang tua Resti.


Tepat pukul 14.00 kami sampai di rumah Resti. Agaknya Resti masih ragu untuk menemui orang tuanya, tapi aku terus meyakinkan dia. Akhirnya kami masuk.
Tok..tok..tok.. “Asslamu’alaikum…” sahutku.
“Wa’alaikumsalam…” Ibunya Resti menjawab dan membukakan pintu.
Ibu Resti terlihat kaget melihat anaknya di depan pintu yang ditemani aku.
Resti hanya menunduk, kelihatannya dia ingin menangis.
Aku tersenyum kepada ibunya, ibunya Resti hanya menatap heran.

Aku berbicara kepada ibunya Resti dan menjelaskan maksud kedatanganku, dan semuanya yang terjadi pada Resti. Akhirnya kami masuk.
Kebetulan waktu itu ayah Resti sedang tidak ada di rumah. Ibunya pulang ayahnya Resti pulang sebelum maghrib. Aku juga tidak mungkin menunggu sampai sesore itu. Akhirnya aku hanya mengobrol dengan ibunya.

“Iya bu, kemarin Resti menginap di kostan saya dan dia menceritakan semuana, maaf bu… maaf sekali saya tidak bermaksud ikut campur masalah ini, saya hanya ingin membantu Resti… dia bilang dia masih ingin sekolah, dan tidak mau bekerja, sayang bu… dia anak yang cukup berprestasi di sekolahnya…”

Bla..bla…bla… aku menceritakan semuanya kepada ibu Resti.
“Iya neng, makasih ya… maaf jadi ngerepotin neng, ibu juga sebenarnya tidak mau kalau sampai Resti putus sekolah, sayang.. baru juga masuk SMA. Ibu pengennya sampai tamat. Ayahnya Resti kemarin berbicara seperti itu mungkin Cuma lagi emosi saja, kebetulan memang sedang ada masalah, jadi anak-anak juga dibawa-bawa…”
Aku dan ibu Resti ngobrol cukup lama, Resti hanya diam di kamarnya ketika kami ngobrol di ruang depan. Aku memberi pengertian kepada ibu Resti.
“Iya, insyaAllah nanti ibu sampaikan sama Bapak. InsyaAllah Bapak juga pasti mengerti. Kami akan membicarakannya berdua untuk masalah ini…” ucap Ibu Resti setelah aku memberikan pemahaman mengenai masalah Resti.
Tak terasa sudah pukul 16.30.
Aku pun berpamitan pulang…
Aku merasa sedikit lega, Resti sudah kembali di rumahnya. Dan ibunya pun sudah mengerti tentang keadaan Resti. Semoga Ayahnya pun dapat mengerti.
Aku senang dapat membantunya. 


Keesokan harinya, aku menanyakan tentang Resti kepada Mathien.
Dia bilang, Resti sudah bersekolah lagi seperti biasa. Dan sudah tidak terlihat murung seperti beberapa hari ke belakang.
Aku lega mendengarnya. Sepertinya hubungannya dengan orang tuanya sudah kembali membaik.


“Assalamu’alaikum… teh.. ini Resti.. teh makasiiiiihhh bangett. Sekarang Ayah gak suka marah-marah lagi, aku cuma di suruh bantu-bantu di pasar, kalo lagi libur sekolah … sekali lagi makasih ya tehhh, seneng banget bisa kenal teteh 
Isi sms dari Resti melalui Mathien.

Selesai…

_quRey_

Macam-macam Emosi




Emosi merupakan warna efektif yang menyertai setiap perilaku individu,yang berupa persaan perasaan tertentu yang dia alami pada saat menghadapi situasi tertentu. Interaksi antar terkoginisi, emosi, dan tindakan,mencerminkan atau sistem huungn sebab akibat. Albert Ellis mengungkapkan bahwa kognisi sagat penting memberikan kontribusi terhadap emosi dan tindakan, emosi juga berperan penting berkontribusi atau menjadi sebab terhadap kognisi dan tindakan, serta tindakan berkontribusi atau menjadi penyebab kognisi dan emosi. Bila seseorang mengalami perubahan dalam salah satu dri tiga ranah itu, maka cenderung megalami perubahan dua lainya. Reaksi emosi dapat secara akurat  dan terkadang tidak akurat untuk diinterpretasikan apabila tidak memahami perkembangan individu, karena antara kognisi, emosi, dan motorik merupakan suatu sistem yang berpengaruh secara timbal balik. 

Karena emosi mnimbulkan gerakan dan arahan, maka konselor perlu memberikan label yang tepat terhadap gejala emosi kliennya. Dalam kenyataan seringkali konselor atau orang pada umumnya menggunakan sebutan generic untuk menyebutkan emosi bermasalah, seperti sebutan perasaan cemas, gugup, tegang, tekanan, dan sebagainya. Sebutan –sebutan tersebut kurang spesifik sehingga kurang memberikan nilai praktis. Konselor perlu membantu klien untuk menyentuh emosi spesifik atau kombinasi beberapa emosi untuk membantu memecahkan masalah klien.

Sebenarnya banyak emosi spesifik, akan tetapi permasalahan emosi yang sering dijumpai dalam konseling adalah empat emosi dasar yaitu: sakit hati, takut, marah dan rasa bersalah. Keempat hal tersebut dapat dijadikan sebagai sumber masalah atau gejala sebagai rasa cemburu, rasa malu, depresi, mendapat kegagalan, selalu menyendiri, merasa rendah diri, masalah sex, dan cinta.  
A.           SAKIT HATI (HURT)
Rasa sakit hati (Hurt) adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka secara psikologis yang mengakibatkan gangguan mental, sehingga menimbulkan berbagai konflik dan rasa marah.
Konselor dapat mengajarkan tahapan-tahapan itu baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung konselor menuntun klien melampaui tahapan-tahapan sambil memberikan penjelasan serta alasan pentingnya hal itu. Secara tidak langsung konselor dapat melakukannya melalui penciptaan situasi konseling yang kondusif, sehingga klien senantiasa memperoleh kebahagiaan.
Ada tiga cara yang menyebabkan orang sakit hati atau terluka hatinya, yaitu:
1.        Dalam interaksi kehidupan normal sehari-hari melalui ungkapan verbal, tindakan, kegagalan berbuat, atau ucapan yang dirasakan menyakitkan.
2.        Disebabkan oleh suatu yang naif.
3.        Adanya keinginan individu untuk merasakan sakit hati melalui 5 dinamika, yaitu :
a.    Orang yang merasakan dianggap berperilaku dengan cara destruktif
b.    Orang menciptakan situasi tertentu untuk sakit hati dalam upaya mengadili rasa berdosa yang tidak disadari
c.    Membiarkan dirinya disakiti untuk memanipulasi orang lain
d.    Menjadi terluka karena berada dalam jalur pertumbuhan orang lain
e.    Orang menjadi terluka karena memberikan penafsiran yang salah terhadap orang lain
Ada tiga implikasi konseling dalam hubungan dengan penyebab sakit hati yaitu :
1.        Respon awal konselor adalah membiarkan klien mencurahkan rasa sakit hatinya selengkap mungkin
2.        Membantu klien memandang sakit hati secara realistik
3.        Membantu klien yang sakit hati dalam melakukan pembalasan terhadap perlakuan tertentu yang menyebabkan disakit hati.
Konselor harus berupaya mengungkapkan sakit hati klien dengan memberikan sikap terbuka dan hubungan yang jujur, karena hal ini akan menghidari salah persepsi, salah paham, kesalahan interpretasi dan munculnya konflik dari kebutuhan, motifasi dan nilai-nilai.
Reaksi-reaksi konstruktif dan destruktif, dalam proses konseling konselor dapat membantu klien untuk memberikan reaksi konstruktif terhadap rasa sakit hati dalam cara-cara pertumbuhan yang produktif.
Hal itu dapat dilakukan dengan empat tahap yaitu:
1.        Mengakui diri sakit hati,
2.        Mencoba mencari arti dari rasa sakit hati itu,
3.        Mencari serta menemukan penyebab sakit hati itu sendiri,
4.        Melakukan upaya untuk menghindari perasaan sakit agar tidak terjadi di masa yang akan datang.
Disamping timbulnya reaksi konstruktif, sakit hati dapat menimbulkan reaksi-reaksi destruktif yaitu menimbulkan gangguan atau hambatan dalam keseluruhan perilakunya. Reaksi destruktif itu dapat timbul dalam tujuh macam bentuk, yaitu :
1.        Menyangkal perasaan sakit hati
2.        Menyakiti orang lain (balas dendam)
3.        Menyamarkan sakit hati
4.        Bergelimang sakit hati
5.        Menghilangkan sakit atau luka
6.        Bersembunyi dari sakkit hati yang terjadi di masa yang akan datang
7.        Menyakiti diri sendiri.

B.            TAKUT (FEAR)
            Rasa takut merupakan emosi yang penting dalam kehidupan manusia. Rasa takut merupakan emosi yang bersifat fitri yang dirasakan manusia saat ia berada dalam situasi berbahaya yang mengancam keselamatannya. Rasa takut sangat bermanfaat dalam kehiidupan manusia, karena perasaan ini akan mendorongnya menjauhi situasi berbahaya dan menghindari sesuatu yang akan menyakiti dirinya. Sebagaimana manusia dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk mengantisipasinya. Rasa takut membantu manusia mempersiapkan diri menghadapi situasi bahaya yang akan mengahadangnya. Misalnya, ketakutan seorang pelajar terhadap kegagalan dalam ujian, akan mendorongnya untuk berusaha keras menghafal pelajaran, sehingga ia bisa lulus dengan nilai tinggi. Ketakutan seorang pekerja akan kehilangan pekerjaannya, akan mendorongnya untuk bekerja lebih baik dan lebih bersungguh-sungguh.
            Sebenarnya rasa takut yang paling penting dalam kehidupan seseorang adalah rasa takutnya terhadap siksa Allah. Karena, hal itu akan mendorongnya untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban agamanya, melakukan semua perbuatan yang diridhai Allah, menjauhi semua larangan Allah, dan menghindari semua perbuatan dosa dan maksiat. Allah berfirman: Takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman (QS 3:175). Karena itu, ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung ancaman terhadap azab dan siksa Allah mempunyai pengaruh besar dalam mendorong kaum mukmin untuk mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.
            Rasulullah SAW. pun menggunakan ancaman dengan azab Allah dan siksa-Nya dalam mendidik jiwa kaum muslimin, dan mendorong mereka agar taat mengerjakan semua perintah Allah, menjauhi semua larangan-Nya dan menghindari maksiat kepada-Nya. Abu Hurairah berkata , “ Rasulullah SAW. Bersabda, ‘Setiap orang mati dalam keadaan menyesal.’ Para sahabat bertanya, ‘Apa yang disesalinya, ya Rasulullah? ‘Beliau menjawab, ‘Jika ia termasuk orang yang berbuat baik, ia akan menyesal mengapa tidak memperbanyak kebaikannya. Sedang jika ia termasuk orang yang berbuat buruk, ia akan menyesal mengapa tidak meninggalkan perbuatan buruknya.’”(HR. Tirmidzi).
            Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menambah ketaatan kepada Allah, dan ancaman bagi pelaku keburukan dan maksiat. Abu Dzarr meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, aku melihat apa yang yang tidak kalian dengar. Sungguh, langit bersuara, dan ia memang pantas untuk bersuara. Tidak ada ruang di Langit walaupun selebar empat jari pun, melainkan di sana ada malaikat yang sedang bersujud kepada Allah. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui yang kuketahui, kalian tentu akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian tidak akan lagi bersenang-senang dengan istri kalian di atas tempat tidur. Kalian  akan naik ke tempat yang tinggi kemudian tunduk kepada Allah. Sesungguhnya aku benar-benar ingin menjadi sebatang pohon yang ditebang.”
            Dalam hadits ini Rasulullah saw.menyebutkan bahwa beliau melihat dan mendengar kejadian yang ada di alam dunia dan akhirat. Beliau mampu menyaksikan dan mendengar keajaiban alam malakut yang tidak bisa dilihat dan didengar para sahabat. Seandainya mereka mengetahui apa yang beliau ketahui, tentu mereka akan sedikit tertawa dan banyak menangis, meninggalkan wanita, kemudian keluar menuju tempat yang tinggi untuk memohon pertolongan Allah agar diselamatkan dari fenomena alam gaib yang mengerikan, beliau lebih suka diciptakan sebagai sebuah pohon yang kemudian ditebang dan berakhir, tanpa sisa. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah, sebagaimana air susu yang sudah diperas tidak akan kembali ke kantong susu.”
Sebagaimana air susu yang sudah di peras tidak mungkin masuk lagi ke dalam kantong susu, demikian pula orang yang menangis karena takut kepada Allah tidak mungkin masuk neraka. Hadits ini menunjukkan bahwa takut kepada Allah akan menyelamatkannya dari api neraka. Karena rasa takut akan mendorong seseorang taat kepada Allah, dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.
Penelitian mutakhir membuktikan bahwa rasa takut yang berkadar normal akan bermanfaat mendorong manusia untuk melakukan hal – hal baik. Sedangkan rasa takut yang berlebihan akan menimbulkan keresahan yang berefek negatif pada kualitas kerja. Rasa takut yang normal akan memebuat seorang pelajar mempersiapkan ujian yang akan dihadapinya dengan baik. Sedangkan rasa takut yang berlebihan akan membuatnya kalang kabut dalam menghapal pelajaran, sehingga memperngaruhi kesiapannya dalam mengahadapi ujian.
Dari hasil penelitian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa rasa takut yang berlebihan akan azab Allah dapat menimbulkan sifat putus asa dari rahmat Allah. Dalam kondisi seperti ini, pribadi seseorang akan menjadi labil. Ia tidak bersemangat lagi melakukan aktivitas ruhani dan kewajiban agama karena tidak lagi punya harapan mendapatkan rahmat Allah yang akan menyelamatkannya dari siksa-Nya. Karena itu, rasa takut akan siksa Allah mesti dibarengi dengan harapan meraih rahmatnya. Karena sikap optimis mengharapkan rahmat Allah, akan meringankan rasa takut yang berlebihan sampai pada tingkat yang normal. Dengan demikian, rasa putus asa tidak akan menghantui dirinya sehingga ia mengabaikan kewajiban – kewajiban agamanya.
Demikian pula jika sikap optimis mengharap rahmat Allah terlalu berlebihan, akan menyebabkan manusia menyepelekan kewajiban agamanya. Karena itu, menyatukan antara rasa takut akan siksa Allah dan pengharapan akan mendapatkan rahmat Allah merupakan kemesitian. Perpaduan dari kedua perasaan ini mampu menghasilkan energi pendorong yang akan mengarahkan manusia pada prilaku lurus: melaksanakan ketaatan dan kewajiban agama, menghindari dosa, dan maksiat karena takut akan murka dan ajab Allah, sekaligus mengharap ampunan dan rahmat Allah. Allah telah memberi isyarat betapa penting penyatuan antara rasa takut dan harap, dengan menyipati para Nabi dan hamba – hamba Allah yang sholih. Allah Swt. Berfirman: “Sesungguhnya mereka adalah orang – orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan – perbuatan baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang – orang yang khusu kepada Kami. (QS. 21:90).

C.           MARAH (ANGER)
1.        Penyebab Marah
Penyebab orang marah sebenarnya dapat datang dari luar, maupun dari dalam diri orang tersebut. Sehingga secara garis besar sebab yang menimbulkan marah itu terdiri dari faktor fisik dan faktor psikis.
a.    Faktor Fisik
Sebab –sebab yang mempengaruhi faktor fisik antara lain:
·      Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena kerja keras, akan lebih mudah dan mudah sekali ttersinggung.
·      Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika oatak kurang mendapat zat asam, orang itu lebih mudah marah.
·      Hormon kelamin pun dapat mempengaruhi kemarahan seseorang. Kita dapat melihat dan membuktikan sendiri pada bagian bagian wanita yang menstruasi, rasa marah merupakan ciri khasnya yang utama.

b.   Faktor Psikis
Faktor psikis yang menimbulkan marah adalah eart kaitannya dengan kepribadian seseorang. Terutama sekali yang menyangkut apa yang  bisebut “self concept yang salah”i yang tidak seimbang dan tidak matang. Karena seseorang akan menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang ada.
Beberapa self concept yang salah dapat kita bagi yaitu:
·      Rasa rendah diri (MC =minderwaardigheid complex), yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari sebenarnya.
·      Sombong (superiority complex), yaitu menilai dirinya sendiri lebih dari kenyataan yang sebenarnya.
·      Egoistis atau terlalu mementingkan diri sendiri, yang menilai dirinya sangan penting melebihi kenyataan.
Menurut najar (2001), bahwa terdapat bebrapa sebab yang menimbulkan marah, yaitu: kebosanan, kebanggaan akan dirinya, riaya’, sandau gurau, hinaan, tidak menepati janji, pemaksaan dan kezaliman serta menuntut persoalan yang dapat memberiakan kelaziman yang lainnya terdapat perasaan saling hasud.
Al-thusi (dalam haeri1991), menyampaikan hal yang senada bahwa penyebab marah adalah congkak, berbangga hati, pertikaian, suka tengkar, senda gurau, sombong cemoohan, khianat, pilih kasih, dan tamak.
Hamzah dan hawwa (1993), menjelaskan lebih lanjut bahwa ada beberapa faktor penyebab dan pendorong seseorang mara, diantaranya:
a.         Lingkungan
b.         Pertengkatan dan perdebatab
c.         Sendau gurau dengan cara yang batil
d.         Memusuhi orang lain dengan segala cara
e.         lupa mengendalikan diri terhadap kebaiakan
f.          orang lain tidak melaksanakan kewajiban terhadap perintahnya
g.         penjelasanorang lain terhadap aibnya
h.         Mengingat permusuhan dan dendam lama
i.           lalai terhadap akibat dan ditimbulkan oleh marah

2.        Tujuan Marah
Tujuan marah pada pihak lain adalah menggerakan individu memindahkan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan, atau memindahkan orang dari situasi di mana kebutuhan tidak terpenuhi. Sebagai contoh banyak pegawai yang tidakl mencapai promosi kerja, dapat mengunakan marahnya sebagai cara untuk mencapai promosi, dan jika upayanya tidak berhasil, ia dapat mengunakan tindakannya tersebut  untuk memutuskan apa yang dia inginkan tanpa dalam situasi kerja.
Tujuan marah terhadap diri sendiri adalah untuk menggerakan individu dalam perilaku yang menghambat upaya pemenuhan kebutuhannya. Misalnnya seorang mahasiswa yang menyalurkan marahnya menjadi suatu pemahaman mengapa dia menurun prestasinya dan berupaya agar dia dapat meningkatkan usahanya untuk meningkatkan prestasinya.

3.        Manifestasi Marah Terhadap Diri Sendiri
Ada beberapa manifestasi marah terhadap diri sendiri denagn cara-cara destruktif yaitu:
1.         Depresi, yaitu berada ketertekanan dan menghukum diri sendiri dengan menghindari kebahagian dalam kehidupan mereka. Depresi merupak kondisi gangguan jiwa yang secara klinis tampil dalam bentuk perasaan murung, kehilangan gairah hidup, lesu, pesimis/putus asa, kehilangan rasa percaya diri. “emosi, perilaku, dan cara berfikir turun, jadi lamban allias tidak gesit, “kata Dr. Tb. Erwin kusuma, Sp.KJ. dari Pro V Clinic.” Itu sudah tanda-tanda krarah depresi. Lama-lama, ia tidak mau melihat kenyataan. Yang berat, muncul ide yang semua dengan jalan bunuh diri, kata Erwin. " Selain tanda-tanda non-fisik,  tanda-tanda yang juga harus diwaspadai sebagai gejala depresi adalah adanya berbagai keluah fisik/somatis seperti berat badan turun, dispungsi seksual, dan gangguan tidur. Sebuah pepatah lama mengatakan, “ jika kesedihan tidak diungkapkan dengan air mata, maka organ-organ tubuh lain-lah yang akan menangis. Ini yang disebut psikosomatik, yaitu gangguan terjadi di jiwa, tapi tampil di badan”.
2.         Adikasi atau kecanduan terhadap sesuatu Penyakit adiksi adalah penyakit ketergantungan, ketergantungan terhadap sesuatu hal, atau penyakit hasrat atau obsesi secara mental dan emosional digabungkan dengan hasrat obsesi secara fisik. Penyakit adiksi bersifat progresif dapat berkembang menjadi lebih parah secara fisik, mental emosional dan spiritual.
Penyakit adiksi adalah penyakit seumur hidup. Penyakit adiksi tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dipulihkan. Penyakit Adiksi membutuhkan pemulihan seumur hidup.
Penyakit Adiksi seperti penyakit diabetes, dapat berkembang menjadi parah jika pemakaian narkoba semakin lama. Contoh penyakit Adiksi: Obsesif-kompusif, self pity, reservasi(ide-ide lama), denial, Rasionalisasi.
Dalam hal ini penyakit adiksi terhadap drugs, adalah hasrat atau obsesi secara mental dan emosional digabungkan dengan hasrat atau obsesi secara fisik terhadap narkoba .Adiksi terhadap narkoba berarti ketergantungan terhadap narkoba. Seorang yang sudah teradiksi terhadap narkoba akan berkata saya tidak bisa berhenti. Kehidupan si pecandu akan berkisar dari buruk hingga sangat buruk, memalukan hingga menyedihkan, menimbulkan kemarahan hingga kebencian, ketakutan hingga kekerasan dan kadangkala kekerasan yang mematikan.
Di dalam penyakit adiksi, seseorang yang disebut pecandu akan selalu berpikir bahwa tidak ada yang lebih penting dari apa yang menjadi adiksinya.
Penyakit adiksi mengakibatkan terpecahnya kepribadian pecandu, menjadi dua kepribadian. Yaitu kepribadian asli kita dan kepribadian pecandu.
3.         Salah tempat dan orang, yaitu memilih tempat, kumpulan, pekerjaan atau tempat yang sebenarnya sudah terganggudan menyebabkan stess dan tidak bahagia.
4.         Perilaku serampangan, yaitu berbagai bentuk prilaku yang tidak jelas bentuk dan arahnya dan menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis.
5.         Pengorbanan, merupakan upaya melepasakan berbagai hal yang sebenarnya menguntungkan dirinya, seperti cinta, berbuat amal kebaiakan, benci, semangat keagamaan.
pengorbanan adalah sebuah bentuk atau proses mendekatkan diri. Karenanya tanpa kecuali, siapapun yang memiliki tujuan tertentu untuk mencapainya diperlukan pendekatan dengan melakukan pengorbanan baik waktu, pemikiran, kreatifitas, tenaga, keahlian, termasuk setidaknya kurban perasaan.
6.         Canggung atau kikuk, yaitu menampilkan perilaku yang serba salah meskipun sebenarnya mampu berbuat secara benar.
7.         Manispestasi fisik, orang dengan kemarahan terhadap diri sendiri kadang-kadang sangat berpengaruh terhadap fisik seperti sakit kepala, sakit perut, masalah seksual, dan gejala-gejala histeris termasuk pingsan, menyerang orang lain, mati rasa, tuli, dan buta.
8.         Degradasi perilaku, yaitu adanya penurunan perilaku seperti merasa malu yang diikuti dengan penyalahan terhadap diri, penurunan emosi, penurunan kemampuan fisik, ganggaun seksual.
Dalam konseling, konselor harus memahami manispestasi dan dinamika marah terhadap diri sendiri agar dapat membantu klien untuk mengatsi masalah yang timbul karena marah terhadap diri sendiri. Konselor membantu klien dalam mellihat realitas marah dan mengembangkan penyaluran marah melalui cara-cara yang sehat dan konstruktif. Suasana konseling harus tercipta sedemikian rupa sehingga klien memperoleh penglaman dalam membantu klien mengominikasikan bahwa marah dapat merubah tingkah laku yang dapat melukai. Dan menemukan sasaran yang benar serta memanfaatkan marah tersebut untuk melakukan perubahan yang lebih produktif.

D.           RASA BERSALAH (GUILT)
Rasa bersalah adalah perasaan tidak nyaman/gundah atau malu pada saat seseorang melakukan kesalahan, ke            `burukan atau amoral. Rasa bersalah dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan perbaikan perilaku pada saat menghadapi suatu permasalahan di masa yang akan datang. Rasa bersalah dapat terjadi ketika seseorang secara aturan (legitimately) mereduksi kepercayaan dirinya. Perkataan legitimatelysangat penting dengan tiga alasan yaitu : (1) Orang yang memiliki harapan positif yang tidak realistik terhadap dirinya dan merasakan kebencian terhadap diri sendiri apabila mengalami kegagalan, (2) rasa dapat dicintai seseorang yang tergantung pada evaluasi orang lain, (3) rasa harga diri seseorang dapat terkait dengan motal mutlak yang tidak beralasan.
Konselor harus dapat membantu klien apabila merasakan rasa bersalah dan membantu mereka apakah rasa bersalah itu benar atau salah, kemudian menemukan cara yang tepat untuk mengindari masalah yang timbul. Konselor juga harus memahami adanya tiga macam rasa bersalah yaitu : (1) rasa bersalah psikologis, yang terjadi apabila individu berperilaku yang bertentangan dengan konsep dirinya. (2) rasa bersalah sosial yang terjadi karena perilaku yang dirasakan bertentangan dengan aturan-aturan sosial, dan (3) rasa bersalah religi, yang timbul karena berperilaku bertentangan dengan kaidah-kaidah agama.
Terkadang tiga tipe tersebut secara ekslusif saling berhubungan dengan yang lainnya. Dengan kata lain seseorang merasa bersalah bukan hanya secara psikologi, akan tetapi juga secara sosial dan religi. Satu tindakan dapat menyebabkan semua dari ketiga rasa bersalah tersebut. Hal penting bagi konselor adalah mengetahui perbedaan dari ketiga tipe rasa bersalah itu untuk membantu klien memecahkan masalah rasa bersalah. Rasa bersalah dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Rasa bersalah yang tidak disadari mengakibatkan munculnya perilaku menghukum diri sendiri sebagai jalan untuk bertobat karena rasa bersalah tersebut. Sementara itu menghukum diri sendiri dapat meredakan kecemasan yang menyebabkan rasa bersalah, dengan alasan (1) karena menghukum diri sendiri merupakan motivasi dari kesalahan yang tidak disadari dan tidak ada kontrol setelahnya, (2) perilaku menghukum diri sendiri hampir seluruhnya merusak rasa cinta, karena rasa bersalah dapat merusak suatu proses, (3) karena seseorang tidak menyadari suatu perilaku yang menyebabkan rasa bersalah, maka pada kahirnya perilaku menghukum diri sendiri itu akan dilakukan terus menerus, dan (4) makin banyak tindakan menghukum diri sendiri, makin meningkat rasa bersalah dan membenci diri sendiri.

1.        Manifestasi Rasa Bersalah
Meskipun sulit untuk membedakan antara perilaku menghukum diri sendiri dan marah terhadap diri sendiri, dalam beberapa hal beberapa perilaku lebih banyak dimotivasi oleh rasa bersalah yang tidak disadari, seperti berikut :
a.    Pendirian bahwa ada sesuatu yang salah dalam diri sendiri. Seseorang mungkin menyadari dan percaya bahwa ada sesuatu baik fisik maupun emosi yang salah dalam diri mereka.
b.    Keragu-raguan. Selama seseorang membiarkan diri mereka untuk berbeda dalam suatu dilema maka ada dua hal yang terjadi. Pertama, pengalaman mereka merupakan suatu transaksi yang baik dengan ketegangan. Kedua, mereka tidak mampu untuk mengambil sesuatu dari kebutuhan dalam situasi yang nyata.
c.    Menciptakan ketidak-puasan. Individu selalu mengarahkan perbuatannya untuk mencapai kebahagiaan akan tetapi manakala mencapainya ia merasa tidak puas.
d.    Psikomatis atau gejala hipokondria. Gejala psikomatis adalah gejala gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor psikologis. Gejala hipokondria adalah keluhan gangguan fisik yang mereka bayangkan ataupun nyata tetapi terlalu dibesar-besarkan.
e.    Dorongan kebutuhan yang berlebihan. Perilaku yang didorong untuk mencapai pemuasan kebutuhan secara berlebihan atau selalu ingin serba sempurna.
f.     Kebiasaan melakukan sesuatu yang berbahaya dan malapetaka.Tingkah laku ini terjadi dalam persahabatan, perkawinan, bisnis dan politik yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa bersalahnya.
g.    Mengambil kekalahan dari kerangka kemenangan. Individu melakukan sesuatu yang baik sampai akhir dan kemudian mengatur untuk merusak diri sendiri.
h.    Keagamaan (religiosity). Individu melarikan diri pada kehidupan keagamaan karena diyakini bahwa keagamaan akan memanfaatkan rasa bersalahnya. Hal tersebut adalah merupakan suatu motivasi yang bukan berasal dari sikap yang positif terhadap Tuhan tetapi merupakan sesuatu hal yang negatif, perasaan bersalah pada diri pribadi.
Konselor dapat membantu klien untuk mengakui segala kemungkinan dan menciptakan masalah pribadi yang juga berarti menghukum diri sendiri. Ketika seserang dalam konseling dapat menunjukkan suatu hal yang mungkin terjadi, konselor dapat memiliki kemampuan untuk membantu klien yang sedang menghukum dirinya sendiri. Rasa bersalah ini bisa menjadi tepat ataupun tidak tepat atau panjang dan pendeknya durasi. Dalam kasus ini, rasa bersalah dapat menjadi lebih terbuka bagi klien dapat memecahkan masalah dan membangun diri sendiri. Dengan landasan kaidah agama, konselor dapat membantu klien untuk melakukan pertobatan secara benar dalam upaya menghilangkan rasa bersalah.


_quRey_